<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d3075841173845236432\x26blogName\x3d.:+KOMPAS-MIEKA+:.\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://kompas-mieka.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3dsq_AL\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://kompas-mieka.blogspot.com/\x26vt\x3d3006604585497687862', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Banggakah Kita Kepada Wisata Budaya Surabaya?

e shtunë, 16 qershor 2007



Surabaya mempunyai beraneka ragam budaya, mulai dari tari, bahasa, kesenian, cinderamatanya dan adat istiadatnya. Makanya Surabaya juga tak kalah dengan Yogyakarta yang disebut-sebut sebagai kota Budaya.

Seorang budayawan, Akhudiat membenarkan bahwa memang Produk kesenian tradisi dan etnik Jawa Timur sangat kaya dan beragam karena di Jawa Timur terdapat banyak subkultur.Dia juaga berpendapat kalau sampai sekarang ini belum seluruhnya ataupun
sepenuhnya terangkat ke permukaan. Sebab, tidak banyak pemerintah daerah yang merasa bangga mengangkat kesenian tradisi ataupun etnik yang terdapat di wilayahnya. lanjutannya...



Menanggapi opini dari Akhudiat, kami sangat setuju bahwa keanekaragaman budaya yang kita miliki ini seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh kita untuk dijadikan sebagi Wisata Budaya, tetapi dalam realitanya seperti yang Akhudiat paparkan, memang benar kalau pemerintah kota sendiri kurang menjunjung nilai budaya kita. Tetapi jika pemerintah bertindak masabodoh terus terhadap budaya anak local. Ada satu pertanyaan yang harus dijawab. Yaitu:

“Dikemanakan Seni Budaya kita?”
Untuk menjawab pewrtanyaan diatas bukanlah segampang menjawab soal Matematika di sekolah, karena memang dalam perwujudan wisata budaya tidak bisa dilakukan dalalam jangka pendek, tetapi melalui banyak tahap dan tentunya memerlukan kerjasama yang konkrit di setiap lapisan yang ada didalamya

Kepala Taman Budaya Jawa Timur Pribadi Agus Santoso, berpendapat bahwa untuk mengangkat keragaman seni budaya Jawa Timur membutuhkan waktu yang sangat lama. Karena itu, perlu kerja sama dan dukungan semua pihak, termasuk budayawan, pelaku kesenian ,masyarakat dan pemerintah. lanjutannya...
Ada satu lagi artikel yang menarik kita bahas behubungan dengan perwujudan Wisata Budaya Surabaya yang dilakukan oleh pemerintah

Seniman tradisi Surabaya merasa kesal tatkala Dinas Pariwisata
Kota Surabaya meminta mereka mengamen di Balai Pemuda Surabaya. "Kami
siap-siap saja untuk tampil di Balai Pemuda, tetapi bukan untuk
mengamen. Kalau memang pemerintah peduli dan ingin mengangkat
kesenian tradisional untuk paket wisata budaya, masalah akomodasi dan
transportasinya harus dipikirkan," kata Pimpinan Reyog Barongseto
Bantarangin Surabaya Pingin dalam rapat pengarahan peningkatan
manajemen kebudayaandi Surabaya, Selasa (23/1).
SUMBER : PIKNet

Dari referensi diatas jika kita kaitkan dengan pembangunan Wisata budaya kita yang memerlukan banyak sekali dukungan dari beberapa pihak seperti yang disebutkan oleh Pribadi Agus Santoso bahwa partisipasi pemerintah sendiri kurang terhadap seni Budaya yang kita miliki. Buktinya pemerintah kota bersikap “cuek’ seakan tidak mengetahui permasalahnya terhadap pelaku kesenian, padahal dalam konteks diatas menunjukkan bahwa pelaku kesenian sudah bersedia dan mau ngelakoni kebudayaan kita demi mengangkat Wisata Budaya kita.

Selain Pemerintah dan pelaku kesenian yang dapat mengangkat nama Wisata Budaya lainnya adalah ;
1. Budayawan. Dalam pembangunan Wisata Budaya, juga sangat berpengaruh menurut kami, karena kita juga membutuhkan pengamatan terhadap budaya yang ada saat ini demi terkontrolnya nilai-nilai budaya masa lalu yang bernilai etnik dan tradisional.
2. masyarakat, masyarakat menurut kami juga beperan penting demi pembangunan budaya. Pembangunan wisata ini akan sempurna jika antusias masyakat ditunjukkan.
3. Pemerintah Daerah.
Agus manambahkan, kebijakan daerah atau kepala daerah amat penting dan berarti dalam mengangkat seni budaya. Karena dengan payung hukum tersebut, instansi terkait di daerah, termasuk dinas
pariwisata dan kebudayaan bisa leluasa mengembangkan kesenian tradisi
danetnik di daerahnya. Dia juga berpendapat Selama ini sangat minim kebijakan kepala daerah yang menyentuh aspek seni budaya. Padahal, seni budaya itu aset yang sangat berharga bagi suatu daerah.
Pendapat Agus menurut kami sudah tidak diragukan laagi kenaranya, karena untuk menggangkat wisata Budaya diperlukan juga hukum yang mengikat agar nanyinya kebudayaan tersbut dapat dipertanggungjawabkan.

Kemudian, Siapa yang paling berperan demi pembangunan Wisata Budaya kita?

Selain dari ke-5 Penentu Suksesnya Pembangunan yang disebutkan, jawaban yang tepat untuk pertanyaan diatas adalah diri kita sendiri. Coba kita bercermin diri, apakah kita bangga dengan Kebudayaan kita?

Malahan yang ada pada diri kita sekarang ini tak segan-segan mengatakan “malu” terhadap budaya kita sendiri, dengan alasan budaya kita sudah kuno dan tidak zamanya lagi bagi trend masa kini.

Lah! Sikap kita sendiri saja sudah tidaj mencerminkan sikap cinta pada budaya lain dan kebih memilih budaya asing yang jelas-jelas tidak cocok bagi kultur kita. Bagaimana pemnagunan Wisata bakalan Sukses dengan sikap sekarang ini, bukankan kita-kitalah yang akan menentukan Budaya kita untuk kedepanya?
Sekarang Coba kita menanamkan rasa Bangga dalam diri kita dan tunjukan kalau itulah budaya Surabaya yang kita miliki.
posted by mirza - kamim, 9:30 e paradites

2 Comments:

"Malahan yang ada pada diri kita sekarang ini tak segan-segan mengatakan “malu” terhadap budaya kita sendiri, dengan alasan budaya kita sudah kuno dan tidak zamanya lagi bagi trend masa kini.

Lha ini....!!! jangan tanya kenapa kita lebih mengenal punk, grunge, rock, metal, dll. dari pada ludruk, ketoprak (bukan yang makanan khas jakarta lhoo!), jula-juli, sanepo dkk.

ehm.. "pop culture" ditopang teknologi dan digawangi "superpower penentu kiblat kebudayaan dan peradaban" (tak hanya kiblat ekonomi dan persenjataan)diproduksi massal memasuki ruang paling privasi dalam diri kita, bahkan ke wc sekalipun.

saya takut dan hampir paranoid (seperti persoalan sampah).. jangan2 "pop culture" based on materialism telah menjelma menjadi "Tuhan Baru" dalam hidup manusia modern.. Sadar atau tidak, Tuhan yang dalam risalah agama diharapkan memenuhi kehidupan seseorang telah berganti dengan "pop culture" based on materialism.

Mudah2an itu hanya kekhawatiran subyektif semata.... emmmhh, kok jadi jauh banget gini sich!

Oke, kita sambung nanti, Insya Allah, akan ada posting di blog saya berkaitan dengan ini.

Selamat berjuang dan terus menulis!
Satu lagi yang sebenarnya perlu mendapat kajian yang serius, punyakah bangsa Indonesia akar kultur asli?

Sependek pengetahuan saya, bangsa ini adalah bangsa yang sangat akomodatif dan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan.

Indonesia, setau saya, sejak jaman baheula hanya menjadi persinggahan peradaban besar dunia dan hanya mendapat imbasnya. meminjam istlah cak nun (baca: Emha Ainun Najib), kultur bangsa ini adalah "bangsa pesolek". (nanti ada penjelasan lanjutannya)

Sebut saja India, China, Arab dan terakhir dunia barat (Eropa dan Amerika). Budaya Indonesia sangat terkait dan terpengaruh dengan peradaban besar tersbut. Mau tak mau harus diakui, bangsa ini sulit melacak akar kultur aslinya karena sudah mengalami akulturasi budaya yang besar-besaran.

jadi, pertanyaan lanjutannya, kenapa harus "kebakaran jenggot jika dulu moyang kita rame2 menerima India, China, Arab dan sementara generasi sekarang lebih memilih rame2 hijrah ke peradaban barat?

pertanyaan berikutnya,

Adakah yang salah dengan budaya atau peradabannya sehingga masalah ini menjadi polemik

eemmmmmhhh... pusing juga yach! Untuk mika, I promise u to make a discussion in my blog or your blog about this.

Add a comment